Sejarah keimanan dan ketauhidan sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Kaum Muslim percaya bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi terakhir setelah diutusnya Nabi Isa 6 abad sebelumnya. Agama Islam mempercayai bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber hukum dan peraturan hidup yang fundamental. Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai penerus dan pembaharu kepercayaan monoteistik yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi oleh Tuhan yang sama. Umat Islam juga meyakini al-Qur'an yang disampaikan oleh Allah kepada Muhammad. melalui perantara Malaikat Jibril adalah sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah). Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu sebelum Muhammad. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Umat Islam meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah satu agama yang sama dengan (tauhid|satu Tuhan yang sama), dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni) yang menjadikannya seorang muslim. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering direferensikan sebagai Ahli Kitab atau orang-orang yang diberi kitab.

 Keimanan agama ardhi dan bangsa lain beserta penyimpangannya . menurut pendapat saya  agama ardhi adalah agama yang berlandaskan logika atau dengan kata lain adalah agama yang berdasarkan akal sehat manusia. seperti Hindu, Budha, Konghucu, Shinto, dan lainnya, meski juga punya kitab yang dianggap suci, namun bukan wayhu yang turun dari langit. Kitab yang mereka anggap suci itu hanyalah karangan dari para pendeta, rahib, atau pun pendiri agama itu. Bukan wayhu, bukan firman, bukan kalamullah, bukan perkataan tuhan. Jadi untuk ketauhidannya sangat diragukan.

Koreksi Islam terhadap aqidah Yahudi, Nasrani, agama ardhi, dan bangsa-bangsa lain. Menurut saya Islam adalah agama yang sangat membumi dengan wahyu yang jelas dan senantiasa dipelihara, sehingga semua tata aturan dan lain sebagainya nyata dan masuk logika kalau kita mendapatkan hidayah dari Allah. Kalau berhubungan dengan aqidah maka agama lain harus dikoreksi mengenai misalnya hubungan lawan jenis yang senantiasa lumrah padahal dalm Islam sangat dijaga hubungan baik sesama manusia maupun hubungan hamba kepada Tuhan-Nya.

 
Lahir dan kembali kepada tauhid Islam. Untuk saat ini tauhid banyak dicampuri oleh berbagai hal yang lain.  Tauhid ini rusak karena doktrin dien-dien atau ideologi-ideologi sesat nasionalis, sosialis, demokrasi, dan Pancasila. Itulah yang merusak tauhid. Akhirnya dalam mengamalkan Islam terjadi talbisul-haq bil-bathil, yaitu mencampuradukkan antara yang haq dengan yang bathil). Tauhid yang murni itu begini sikapnya hanya Islam, titik. Sikap inilah yang selama ini hilang. Dengan alasan demi persatuan, akhirnya menerima (paham di luar Islam, ed.) sehingga menjadi tidak karuan. Sampai ada istilah Muslim Pancasila, Muslim Demokrat, Muslim Sosialis, Muslim Nasionalis, dan seterusnya. Padahal Allah tidak menamakan Islam seperti itu, Allah hanya menamakan Muslim, titik! Oleh  karena itu, tolak semua yang di luar itu Islam, tanpa ada pertimbangan apapun!

Jadi, sejak awal merdeka, salahnya umat Islam dalam masalah tauhid itu. Mereka mau menerima dien di luar Islam yang dicampur dengan Islam, akhirnya yang rusak Islamnya. Ibarat air, air jernih kalau dicampur dengan air kotor, maka yang rusak adalah air jernih. Air jernih menjadi kotor, bukan air kotor yang jadi jernih. Sikap tauhid yang murni ini memang dibenci oleh Yahudi dan Nasrani, itulah yang dimaksud dalam Surat Al-Baqarah ayat 120:

"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.”

Makna dan hakekat kalimat syahadah. Hakikat syahadat dan maknanya mencakup beberapa pengertian, yang akan kami uraikan sebagai berikut: Meng-Esakan Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam beribadah (keterangan menyusul), seperti bertaqarrub dan berdo’a hanya kepadaNya saja. Berlepas Diri Dari Kemusyrikan dan Orang-orang Musyrik. Tidak mengambil hukum selain hukum Allah; Dia hanya menerima hukum tentang halal dan haram dari Allah, sehingga sesuatu yang halal adalah yang dihalalkan Allah dan yang haram adalah yang diharamkan Allah dan ajaran-ajaran agama adalah yang disyariatkan Allah, baik melalui Kitab SuciNya (Al-Qur’an) atau melalui sabda Nabi.

Implementasi tauhid dalam kehidupan. Tauhid adalah sebagai pembebasan ,  pengakuan, eksistensi manusia hanya dibawah Tuhan, hanya Tuhan yang mengetahui siapa yang lebih mulia diantara manusia dengan bukti ikrar kepada Allah, tidak menyekutukan Allah dengan alasan apapun itu sehingga membawa ketenangan dan kenyamanan dalam mengarungi hidup ini.

Menurut saya tauhid dan kembalinya kepada Islam yang murni harus diupayakan sebab pada zaman sekarang ini tauhid dan yang berhubungan dengan ketuhanan seakan-akan hanya menjadi pikiran para ulama saja, padahal harus menjadi pemikiran bersama agar tidak masuk kedalam aliran-aliran yang tidak jelas.

 

 
Konsep tentang syirik dan kemusyrikan. Syirik, adalah kata yang digunakan untuk kemusyrikan yang di dalam bahasa Arabnya bermakna "menyekutukan". Dalam Al-Qur'an, melakukan kemusyrikan adalah menyekutukan sesuatu, seseorang, atau konsep dengan Allah dan menganggapnya sama dengan Allah. Tetapi dalam artinya yang lebih luas, kemusyrikan berarti menganut prinsip-prinsip dan nilai-nilai, atau gaya hidup tertentu yang bertentangan dengan pengajaran Al-Qur'an. Seorang musyrik tidak perlu membuat pernyataan seperti: "Saya dengan ini mengakui tuhan selain Allah". Tanpa berkata begitupun, seseorang bisa terjerumus kepada kemusyrikan karena kemusyrikan adanya di dalam hati dan terungkap lewat ucapan dan perbuatan. Menurut Al-Qur'an, lebih mencintai sesuatu atau seseorang daripada apa yang telah digariskan oleh Allah adalah kemusyrikan.

Syirik dosa yang tidak terampuni. Seorang musyrik menyamakan sesuatu yang tidak memiliki kekuasaan atas apapun jua dengan Dzat yang semua urusan berada ditangan-Nya. Menyamakan orang fakir dari segala sisi dengan Zat yang Mahakaya dari berbagai sisi. Menyamakan yang tidak memberikan rizki sedikitpun dengan Zat yang telah menciptakan apa yang menjadi rizki bagi manusia dan menganugerahkan semua itu kepadanya. Maka adakah kezaliman yang lebih dahsyat dari ini.

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72).

     Sikap dan perilaku yang mencerminkan kemusyrikan. Apakah mempercayai kekuatan supranatural dari sesuatu yang eksis, apakah itu malaikat atau manusia seperti nabi atau imam, itu musyrik, padahal mempercayai kekuatan dan efektivitas nabi atau imam dan seterusnva dalam batas-batas normal tidak musyrik? Begitu pula, apakah dapat disebut berpikiran musyrik kalau mempercayai kekuatan dan efektivitas seseorang yang sudah mati, mengingat orang yang sudah mati itu nampaknya hanyalah sebuah benda inorganis. Jelaslah, dari sudut pandang hukum alam, benda inorganis tak memiliki kesadaran, tak memiliki daya, tak memiliki kehendak. Karena itu, percaya bahwa orang yang sudah mati bisa melihat, atau menghormati orang yang sudah mati, dan meminta sesuatu dari orang yang sudah mati, semuanya itu merupakan perbuatan musyrik, karena dengan berbuat begitu berarti menganggap bahwa yang punya kekuatan supranatural bukan saja Allah tetapi juga makhluk.

Contoh kemusyrikan dan ancaman azab Allah. Mengambil  Berkah Pada Petilasan/Kuburan Kyai atau Wali, Mencari Kesaktian Lewat Amalan-Amalan Dzikir Atau Yang Lainnya,  Meminta Bantuan Kepada Arwah Rasul, Wali Atau Tokoh, Akik, Sabuk, dan Qur’an Stambul Sebagai Jimat. Azab yang akan diterima

 إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni perbuatan dosa syirik kepada-Nya,dan Allah mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. (an-Nisa’: 48)

  

 
  1. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman,

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ.

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

Hubungan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, Ahklak

Aqidah
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia

Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.
Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik.
Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya

ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik.
Contohnya :
Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika orang menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik. Dengan menepati janji seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan manusia
harus didasari denga aqidah yang baik, karena setiap hal yang dilakukan pasti ada aturanya .

Hubungan aqidah dengan akhlak
“ Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “
Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.

Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah.
Jujur
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik. Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.

ADVERTISEMENT